Wednesday, September 27, 2006

Klip Indonesia
Rasa nasionalisme saya kembali teruji malam ini *halah*. Setelah kecewa nggak dapet tiket Opening Gala di Korean film festival (padahal bareng Sly & Chendra udah antri sejam!), saya memutuskan nonton dokumenter ttg Indonesia di West Hampstead. You know what, ini bukan documentary film screening, tapi documentary footage screening. Filmmakersnya mempertontonkan potongan 7 klip pendek yang tengah mereka edit gitu. Eh, belum editing deh, malah ngakunya mereka baru logging. Dan mereka berani ngundang orang untuk nonton, memungut bayaran pula 4 pound! Ck ck ck... Well, ini London, semua bisa terjadi.

Klip ini cerita tentang Anwar, seorang preman Medan yang terlibat jadi eksekutor pembantaian mereka yang dicap komunis tahun 65-66 dulu. Anwar yang sekarang sudah kakek-kakek berambut putih, dengan lincah, lancar dan ceria bertutur gimana dulu dia ikut menghabisi nyawa orang-orang itu. Satu klip malah nunjukin reka ulang proses eksekusi dengan menggorok leher di lokasi yang sebenarnya. Sadis? Horor? Ngeri? Nggak tuh. Karena sesudah reka ulang, masih di lokasi yang sama, Anwar mengaku telah meminta maaf pada Tuhan lalu menunjukkan kalau dia 'happy person', jago dansa dan suka ke disko. Dia juga dansa di lokasi itu. Wah! Saya kaget.

Klip-klip berikutnya nunjukin Anwar seorang movie freak, doyan banget film gangster. Malah ada adegan imajinasinya Anwar, dimana dia dress up ala gangster lengkap, bersama gangnya yang juga pake jas, tengah menginterogasi seorang anggota Lekra di ruangan gelap dengan asap mengepul dari cerutu. Bagian ini jelas set up. Lho? Saya bingung.

Para filmmakernya antusias banget ketemu saya. Secara saya satu-satunya orang Indonesia yang datang (hallo... padahal konon ada ratusan orang Indonesia di London). Pas sesi Q & A, jelas saya mempertanyakan kenapa pakai set up, bagaimana ini bisa merepresentasikan sejarah gelap yang orang Indonesia sendiri coba kubur? Oooh... sebenarnya saya tidak puas dengan jawaban mereka. Tapi saya pikir tidak adil kalau menilai hanya dari klip yang saya lihat malam ini, karena mereka masih punya ratusan jam footage lagi. Well, saya harus kontak terus dengan mereka, memastikan saya mengikuti perkembangan film yang bakal menarik ini. Saya terusik.

Tuesday, September 26, 2006

Children of Men
Gimana jadinya kalo manusia di seluruh dunia ini jadi infertile karena polusi & kerusakan alam lain? Angka kelahiran nol dan manusia termuda yang berumur 18 tahun, meninggal? Itulah yang digambarkan dalam film ini, dari novelnya PD James. Novelnya saya belum baca, tapi filmnya udah terlanjur keluar. Karena yang main Clive Owen (I'll Sleep When I'm Dead), jadi pilih nonton filmnya aja dulu! Hehehe... Apalagi film ini settingnya London tahun 2027. Nonton film bersetting London di London kan lebih mantep getu! Di film ini London digambarin kumuh, gloomy dan polusi. Akibatnya saya dan Sly kasak kusuk sambil nonton, ini London sebelah mana ya?

Imigran gelap jadi masalah terbesar London 21 tahun lagi. Pemerintah menangkap, memenjara dan menyiksa imigran2 itu. Jadi inget film2 yang ada adegan kamp konsentrasinya. Pengulangan sejarah? Akibatnya para imigran yang digambarkan jadi kaum underground balik melawan pemerintah, gerilya gitu deh. Nah, ditengah krisis fertilitas ini, ternyata masih ada satu perempuan yang ditemukan tengah hamil! Tapi karena dia perempuan berkulit hitam, jadi kudu dilindungi, dikeluar London dan inilah tugasnya Clive Owen (yang macho itu! hehehe..)

Alfonso Cuaron masih bagus aja, atau makin bagus. Setelah Y tu Mama Tambien dan Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, kali ini Cuaron sukses lagi gabungin drama, adventure dan sedikit sci-fi. Pas banget proporsinya. Ada dramanya tapi gak menye2, ada tembak2annya tapi gak brutal. Yang jelas kameranya bagus banget. Sukses bikin adegan perang dan tembak2an panjang dan indah dengan one take. Dengan koreografi kamera se-njlimet dan serapih itu, gimana dan berapa kali rehearsenya ya?

Monday, September 25, 2006

The Queen

I'd say this film is a semi-biography. For sure it's more than just drama. Dari film ini saya mengerti kalau ternyata meninggalnya Lady Di adalah ancaman terbesar yang nyaris 'membubarkan' monarki di Inggris. The Queen dengan detail menggambarkan kasak kusuk di kerajaan Inggris sepekan setelah Lady Di meninggal dalam kecelakaan. Helen Mirren sumpah paaas banget jadi HM Elizabeth II. Cara ngomongnya, jalannya, bahkan cara nggerakin tangannya, persis deh!

The Quenn fokusnya pada tarik ulur antara Queen Elizabeth II dan Tony Blair, yang tahun 1997 itu baru saja terpilih jadi PM. Ratu awalnya menolak ngasih ucapan bela sungkawa secara terbuka utk Diana & menolak mengibarkan bendera setengah tiang di Buckingham palace karena Diana udah nggak dianggap anggota royal family. Pastinya sikap ratu ini diprotes keras rakyat Inggris yang mencintai Diana. Cara film ini ngebangun emosi keren banget. Original footage reaksi rakyat Inggris dan footage wawancara terakhir Diana di TV sukses memperkuat sense biografi film ini. Ditengah krisis, Tony Blair seolah secara halus memanfaatkan kesempatan meraih simpati rakyat Inggris dengan 'menekan' ratu agar mau mengadakan pemakaman terbuka untuk Diana. Maukah sang ratu?

Nonton film ini di London sungguh lebih matep! Misalnya nih, setelah pernah ngelihat langsung upacara changing of guard di Buckingham, rasanya lebih bisa menghayati kenapa lautan karangan bunga untuk Diana itu dipermasalahkan. Disini juga dilihatin, ternyata Ratu juga manusia, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan pisau belati!

Ssstt... Setelah biasanya duo nonton hanya saya dan Sly, malam ini tambah Rini. Dan ternyata, inilah untuk pertama kalinya setelah setahun Rini nonton bioskop di London! Yaoloh jeng Rini... ck ck ck!

Saturday, September 23, 2006

Clerks II
Sebaiknya pipis dulu sebelum nonton film ini. Karena tiap scene pasti lucu, jadi sayang kalau ada yang kelewat gara2 ditinggal ke toilet. Judul lengkapnya: The Passion of The Clerks! Hehehe... Keliatan dong komedinya. Well, buat fans Clerks pertama (1994) pasti udah familiar banget sama dua sahabat, Dante dan Randal yang super ngawur & ngomong seenaknya. Opening scene-nya Dante dateng pagi-pagi ke convenient store mereka, yang ternyata tengah dilalap api. Okeh.. mereka terpaksa cari kerja baru. Ya weis, cerita film ini sehari penuh di sebuah fast food joint bernama Mooby's.


Mulai deh tuh, Randal komplain soal seragam mereka yang norak sampai nyebut kata porch monkey padahal ada sepasang pelanggan afro-amerika di depan counter. Ngamuk2lah si pelanggan itu karena Randal rasist. Susah diceritain disini karena dialog2nya sumpah lucu banget! Ceritanya ini hari terakhir Dante sebelum dia resign dan menikahi tunangannya. So, Randal ngundang pertunjukan erotis sebagai kado perpisahan yang bakal diinget Dante. Dan, guess what, kadonya adalah inter-species erotic show alias show bokep live Kinky Kelly dengan seekor keledai. Arrrggh... males banget!

Biarpun ganti setting, jangan kuatir. Dua karakter absurd yang suka banget nongkrong di depan toko mereka, Jay dan Silent Bob, tetep ada. Jay tetep suka joget2 sembarangan sambil sesekali buka baju atau pamer bokong. Bob tetep dokeeem aja... Ini cerita ringan dan lucu tentang persahabatan. If you want to unwind and have a good laugh, then sit back and enjoy!
Trust the Man
When the significant other's presence is taken for granted... Sesederhana itulah bottom line Trust the Man, komedi romantis yang dibintangi Julianne Moore & David Duchovny. Lumayaaan... cukup menyegarkan meskipun nggak ada yang terlalu istimewa. Pernikahan Moore dan Duchovny lagi krisis karena masing2 taken for granted oleh pasangannya. Duchovny yang sex addict merasa nggak puas sampai akhirnya selingkuh.


Sementara sebuah plot lain digelar, tentang teman mereka, Elaine (Maggie Gyllenhaal) dan Tobey (Billy Crudup) yang udah tinggal bareng 7 tahun tapi Elaine merasa hubungan mereka nggak kemana-mana. Elaine ingin mereka menikah dan punya anak, tapi Tobey-nya nggak kepingin. Ring a bell? Sering denger cerita teman atau sodara yang mirip? Well, memang film ini tentang keseharian New Yorkers. Kisah sederhana yang sebenarnya tragis tapi ditampilkan melalui dialog mengalir dan menyegarkan.


Misalnya pas Duchovny datang ke support group untuk sex addict, dia merasa salah tempat setelah denger peserta lain cerita masalah seksual mereka. Ada perempuan yang suka "main-main" dengan alat listrik, ada lelaki yang suka ml sama ibunya dan tantenya, etc. Duchovny yang tadinya cuek sambil makan sandwich isi ham, akhirnya ketiban giliran cerita. Bingung dong dia mau cerita apa... Setelah bengong beberapa saat menatap sandwichnya, dia bilang suka mbungkus 'itu'nya dengan daging asap, terutama ham, biar puas saat berhubungan seks! Padahal cerita bombastis ini jelas ngarang biar dia keliatan punya masalah berat.

And so the story goes. Endingnya Hollywood banget. Terlalu di dramatisir. Tapi emang film drama (well, drama komedia romantis, boleh kan?) jadi ya... gitu deh.
Talladega Nights
Judul lengkapnya adalah Tallageda Nights: The Ballads of Ricky Bobby...
dan di film ini juga ada Sacha Baron Cohen alias si pemeran Borat! Si Cohen ini kayaknya emang udah stelannya komedi gitu lho! Ngeliat mukanya aja udah nahan ketawa... Pas banget jadi lawan main Will Ferrel disini.

Will Ferrel juga main bagus jadi Ricky Bobby, pembalap yang cuma tau jadi nomer satu. Ricky memang lahir di dalam mobil balap yang lagi ngebut, terus umur 7 tahun udah colongan nyetir mobil ibunya. Kakinya kan belum cukup panjang buat nginjek pedal gas tuh, jadi dia pake tongkat baseball! Ampuuun.... Gedean dikit, pas SD, hal yang paling dia inget dari bokapnya adalah "If you ain't the first, you're the last!". Dan sang bapak lalu ngilang. Ricky pun penasaran, kemana bapaknya pergi?

Jadilah Ricky pembalap top. Nomer satulah pokoknya, merajai sirkuit Talladega. Pastinya dia jadi congkak dan sombong. Sampe seorang pembalap gay dari Perancis datang.
Jreeeng... Sacha Cohen sodara-sodara! Untung saya nonton film ini dulu baru nonton Borat. Sebab kayaknya karakter Borat nempeeel banget di muka Cohen! Seperti film-film serial silat tahun 80an, melalui polahnya yg ngeselin banget Cohen justru ngingetin Ricky Bobby kalau diatas langit masih ada langit.

Friday, September 22, 2006

Year Zero
The Queen, Tallageda Nights: The Ballad of Ricky Bobby, Wonderland, The Black Dahlia, An Inconvenient Truth, The Night Listener, I'll Sleep When I'm Dead, Sentinel, Keka, Vacation Thing, Year Zero dan Borat! adalah film-film yang saya tonton di bioskop dalam 5 hari belakangan ini. Nonton di DVD atau VHS kali ini nggak diitung yaaa...

Di blog yang lama biasanya abis nonton satu film langsung ditulis. Cuma karena lagi 'pindahan' skarang numpuk 12 film semua pengin ditulis. Mulai dari mana dooong?

Semalem nonton Year Zero: The Silent Death of Cambodia di Barbican Cinema. Kalau dibandingin sama The New Rulers of The World dan The Timor Conspiracy (nonton vhs di perpus), Year Zero ini paling nggak menarik sebenernya. Agak plain dalam gaya reportasenya. Mungkin karena ini filmnya Pilger yang pertama (rilis 1979)? Straight forward story telling with many disturbing footages of dying children and deserted city of Pnom Penh. Tapi tetep saya tonton dengan mata nyaris tak berkedip. Well, John Pilger getu lhow!


Secara saya orang Indonesia, The Timor Conspiracy lebih menarik. Jelas karena lebih relevan. Dari dua film ini kesimpulan saya, Suharto sama kejamnya seperti Saloth Sar alias Pol Pot! Eh, saya ralat. Suharto lebih hebat dari Pol Pot. Jelas dong... mantan presiden yang oleh majalah Time dijuluki the smiling general itu, jauh lebih rapi dalam memoles kekejiannya dan lebih lihai menjilat penguasa barat (baca: UK & US). Hasilnya? Lebih mantap! Suharto jauuuh lebih sukses memperkaya keluarga dan kroninya.

Kalau Pol Pot meninggal dg mengenaskan di tempat tidur setelah mendapat sanksi tahanan rumah seumur hidup (konon meninggalnya setelah denger berita radio kalau Khmer Merah setuju utk menyeretnya ke international tribunal), bagaimana nasib Suharto selanjutnya?

Thursday, September 21, 2006

Anak Baru
Secara saya baru mulai pake blogspot, masih nggak ngerti gimana gini-gitunya blogspot ini. Misalnya, tulisan untuk 'About Me' di samping kanan itu sebenernya sudah saya ganti melalui 'Update Profile' tapi kok yang muncul dihalaman ini masih yang model lama. Gimana benerinnya?

Terus, gimana ya caranya:
1. Bikin blogskin? Template blogspot ini basseee semua! Well, gratisan getu loh...
2. Bikin link ke blog orang atau web site lain di navigation bar kanan?
3. Bikin shout box? Padahal udah ada comment box, tapi makin banyak ajang komentar makin mantep dooong... Ingat, komentarmu adalah cambuk semangatku!
4. Mindahin isi blog ini dengan effort seminim mungkin?

Sayembara terbuka. Barang siapa bisa menjawab 4 pertanyaan diatas dengan tepat, mendapat hadiah sepeda mini! (Saya waktu kelas 1 sampai 3 SD selalu ngiler kalau baca tulisan 'Berhadiah sepeda mini' di majalah Bobo. Mayan rajin ngirim, tapi nggak pernah dapet. Hiks! Btw, Bobo masih ngasih hadiah sepeda mini nggak ya?)

Wednesday, September 20, 2006

Borat!
This film really made my day. Saya sampe di Cineworld Trocadero jam 6.35 untuk nonton I'll Sleep When I'm Dead (Mike Hodges 2003). Pas di depan Cineworld, loh kok ada antrian panjaaang banget. Ada apa ini? Hmmm... Nanyalah sama salah satu pengantrinya. Ternyata pada mau nonton premier Borat atas undangan myspace.com. And you know what? Acara ini dinamai The Black Carpet Screenings (because fashion people said that black is the next red! Halah!)

Pastinya saya dan Sly gatel banget pengin ikut antri nonton premier Borat. Tapi nggak mungkin dong ya... Kita nggak ada dlm guest list mereka. Dan setiap undangan dikasih gelang hitam sbg tanda masuk ke teater 2, tempat Borat diputar. Pintu teater dijaga barisan security berjas hitam, persis kayak pengawal presiden Amerika dalam film Sentinel. Sial! Nggak bisa menyelinap masuk. Jam 7, film yg kita tonton mulai. Tapi kita jadi nontonnya setengah hati gitu. Sly sempat punya ide jitu nan jahil:
Sly: "Dijaga secret service! Ntar kita masuk aja kira-kira sepuluh menit setelah film mulai, mestinya kan udah nggak dijagain tuh."
Tika: "Boleh. Jadi nggak nonton I'll Sleep dong? Nggak papa deh, demi Borat."

Ternyata sampe I'll Sleep When I'm Dead selesai jam 8.40, pintu teater 2 masih terbuka dan tetep dijaga ketat sama mas-mas berjas hitam itu! Berarti Borat belum main. Kita pun ke meja reception, saling colek sebelum akhirnya nekat sok tanya-tanya, kali aja dikasih masuk... Well, dasar rejeki, ternyata salah satu secret service itu baik hati dan ngasih kita gelang hitam tanda masuk! Yesss!!!

Ternyata Borat baru mulai jam 9 malam. Dan orang-orang udah pada antri sejak jam 6.30 sore! Ck ck ck... Dan ternyata, judul resmi film ini alangkah panjangnya:
Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nation of Kazakhstan (Larry Charles 2006).

Eiiitss... jangan ketipu sama judul panjang yang kedengeran serius itu. Ini film komedi abeeessss! Pokoknya komedi sekomedi-komedinya deh. Kazakhstan digambarin jadi negeri super terbelakang. Ceritanya si Borat adalah reporter TV Kazakhstan yang pergi ke Amerika utk 'cultural learning' biar orang Kazakhstan lebih modern. Tapi ya namanya lawak. Sejak pengenalan karakter Boratnya aja udah bikin ngakak.

Bayangin nih, Borat berdiri di depan rumah kayu reot di pedesaan Kazakhstan, disampingnya berdiri seorang perempuan muda. Borat lalu ngomong ke kamera:
"My name is Borat and this is my home,"
Lalu borat dan perempuan itu ciuman... Yak, ciuman serius dan lama, dan ngomong lagi:
"And this is my sister,"
Perempuan itu senyum lebar dan bangga.
"She's the number four whore in the country,"
Perempuan itu masih senyum dan mengangkat piala berkilau keemasan!
Duaaar... You see? This is the mildest and most subtle humour in this film! The rest were crude, harsh and painfully funny stuff that would give you stomach ache (both from laughter and disgust).

Sumpaaaah... capek ketawanya! Yang pasti saya yakin film ini nggak akan diputar di bioskop Indonesia. Kalo nggak karena becandaannya yang sangat kasar dan rasis, ya karena adegan Borat dan Azamat, temannya, yang berantem dlm keadaan telanjang jang (yep... you can see all the winny bits!), uncut, bold and long enough that you could actually stare at it! No wonder this film has been banned and heavily protested in Kazakhstan, and God knows where else.
Seperti Anak Salmon
This is my actual first posting on this blog. Selama ini saya nge-blog di friendster, karena pas pertama mau bikin blog friendster menawarkan format yang user friendly. Jadi dari iseng jajal, lalu keterusan. Tapi, ternyata, setelah akhir-akhir ini saya sering ngintip blog orang-orang entah siapa aja di dunia maya, friendster bukanlah pilihan yang pas. Nggak asik banget, karena:

1. Banyak iklannya! Dan salah satu iklan itu berupa flickering image segede gaban persis ditengah halaman blog! Halah... males banget kan. Blognya jadi nggak ca'em gitu lhow... Masa lagi asik baca review Crash tau-tau ada image kedip-kedip nawarin online dating dengan gambar cewek sok seksi dan logo bentuk hati kedip2. Iiih.. nggak banget kan?

2. Yang mau post comment mesti punya account friendster dan mesti log in. Nggak ada option buat anonymous gitu. Ini kan ngebatesin pembaca blog yang mau kasih komentar. Padahalkan mengutip blognya Pippilotta, komenmu adalah cambuk semangatku! Yuuuk mari kita komen...

3. Ukuran fotonya selalu disesuaikan dan dibikin cilik. Jelas ini nggak cocok banget buat sarana narsis dan katarsis. Nggak sejalan dong sama tujuan blogging. Hehehe...

Keinginan untuk pindah blog ini udah lama sebenernya. Cuma rada sayang juga ninggalin blog lama dan mesti memulai yang baru dari nol. Biasalah, keengganan keluar dari comfort zone, berubah dari sesuatu yang sudah terpola dan biasa dilakoni. Tapi setelah makin lama makin bete sama friendster, yak, hari ini, I moved to blogspot! Welcome!

Seperti anak ikan salmon yang setelah merasa cukup kuat lalu berenang untuk pindah dari sungai ke laut, setelah memantapkan hati saya pun bermigrasi dari friendsterblog ke blogspot. Di laut, salmon-salmon cilik itu lalu tumbuh besar karena laut menyediakan makanan yang lebih banyak dan lebih variatif buat mereka. Saya juga penginnya gitu. Di blogspot yang konon dipakai lebih banyak bloggers ini, dengan jejaring yang katanya lebih luas, moga-moga blog ini juga tumbuh besar, sehat, kuat dan berprestasi... karena giat berlatih dan minum Milo setiap hari!