Rasa nasionalisme saya kembali teruji malam ini *halah*. Setelah kecewa nggak dapet tiket Opening Gala di Korean film festival (padahal bareng Sly & Chendra udah antri sejam!), saya memutuskan nonton dokumenter ttg Indonesia di West Hampstead. You know what, ini bukan documentary film screening, tapi documentary footage screening. Filmmakersnya mempertontonkan potongan 7 klip pendek yang tengah mereka edit gitu. Eh, belum editing deh, malah ngakunya mereka baru logging. Dan mereka berani ngundang orang untuk nonton, memungut bayaran pula 4 pound! Ck ck ck... Well, ini London, semua bisa terjadi.
Klip ini cerita tentang Anwar, seorang preman Medan yang terlibat jadi eksekutor pembantaian mereka yang dicap komunis tahun 65-66 dulu. Anwar yang sekarang sudah kakek-kakek berambut putih, dengan lincah, lancar dan ceria bertutur gimana dulu dia ikut menghabisi nyawa orang-orang itu. Satu klip malah nunjukin reka ulang proses eksekusi dengan menggorok leher di lokasi yang sebenarnya. Sadis? Horor? Ngeri? Nggak tuh. Karena sesudah reka ulang, masih di lokasi yang sama, Anwar mengaku telah meminta maaf pada Tuhan lalu menunjukkan kalau dia 'happy person', jago dansa dan suka ke disko. Dia juga dansa di lokasi itu. Wah! Saya kaget.
Klip-klip berikutnya nunjukin Anwar seorang movie freak, doyan banget film gangster. Malah ada adegan imajinasinya Anwar, dimana dia dress up ala gangster lengkap, bersama gangnya yang juga pake jas, tengah menginterogasi seorang anggota Lekra di ruangan gelap dengan asap mengepul dari cerutu. Bagian ini jelas set up. Lho? Saya bingung.
Para filmmakernya antusias banget ketemu saya. Secara saya satu-satunya orang Indonesia yang datang (hallo... padahal konon ada ratusan orang Indonesia di London). Pas sesi Q & A, jelas saya mempertanyakan kenapa pakai set up, bagaimana ini bisa merepresentasikan sejarah gelap yang orang Indonesia sendiri coba kubur? Oooh... sebenarnya saya tidak puas dengan jawaban mereka. Tapi saya pikir tidak adil kalau menilai hanya dari klip yang saya lihat malam ini, karena mereka masih punya ratusan jam footage lagi. Well, saya harus kontak terus dengan mereka, memastikan saya mengikuti perkembangan film yang bakal menarik ini. Saya terusik.